Kamis, 24 Desember 2009

Museum Kretek Kudus

LELAKI tua berjas, blangkon, dan kain bermotif bunga-bunga itu tampak anggun. Kacamata yang dia kenakan kian menegaskan kewibawaan.
Siapa gerangan lelaki tua itu? Figur itu adalah Ki Nitisemito. Dialah pengusaha rokok kretek Bal Tiga yang legendaris pada masa Indonesia masih bawah daulat kekuasaan kolonial Belanda. Dan lukisan sang legenda itu adalah satu di antara 11 lukisan tokoh pengusaha rokok kretek di kota Kudus.
Lukisan-lukisan itu terpampang di sebuah bidang dinding utama gedung Museum Kretek yang diresmikan Menteri Dalam Negeri (pada waktu itu) Soepardjo Roestam pada 3 Oktober 1986. Tokoh lain dalam lukisan-lukisan tersebut adalah M Atmowidjojo (pengusaha rokok Goenoeng Kedoe), HM Ma’ruf (Djambu Bol), serta HM Muslich dan H Ali Asikin.
Ya, Museum Kretek sebenarnya bukan sekadar file penyimpan sejarah perkretekan di Kudus. Lebih dari itu, ia bisa menjadi ajang penelitian ilmiah dan pengembangan keilmuan.
Yang paling mengesankan, di museum itu banyak barang bernilai seni tinggi. Foto, lukisan, patung, dan miniatur yang menggambarkan proses pembuatan rokok kretek adalah aset berharga yang sangat mengesankan.
Museum itu menjadi semacam “galeri” yang terlupakan. Lihatlah, berbagai barang itu di dalamnya kurang terpelihara. Debu tebal dan kotoran lain menghiasi barang-barang itu.
“Ya, perhatian pemerintah terhadap museum memang sangat kurang. Karena itulah barang-barang ini kurang terawat,” ujar Baginda Abu Fahru Malay, petugas museum.
Lelaki kelahiran Kudus, 17 Maret 1954, itu menuturkan museum tersebut seharusnya menjadi kebanggaan dan mendapat perhatian. Karena, dulu, agar bisa disebut kota kretek, Kudus harus berebut dengan kota-kota di Jawa Timur untuk dipilih sebagai tempat pembangunan Museum Kretek. Namun, kini, museum yang merupakan miniatur jagat perkretekan itu kurang terawat.
Suami Sri Wahyuni (40) itu berharap pemerintah memperhatikan museum bernilai seni tinggi itu. “Di sini kan tak cuma ada museum. Di depan itu juga ada rumah adat Kudus yang membutuhkan perhatian,” ujarnya. (Rosidi-53)
Suara Merdeka
31 Oktober 2006

1 komentar:

  1. Kenapa musium Kretek di Kudus itu tak terawat dan terkesan amatiran dalam pengelolaannya? penyebabnya adalah : 1. karena dana penunjang perawatan tersedia minim. 2. Minimnya dana disebabkan oleh karena memang musium itu dimana-mana merupakan proyek rugi. 3. Bangsa Indonesia budayanya memang kurang menghargai karya dan usaha sesepuh, pinispuh dan leluhur. 4. dalam musium hanya menonjol-nonjolkan figur Ki Nitisemito saja, yang pabriknya sudah meninggal dunia. 5. andaikata figur Budi Hartono juragan jarum atau juragan noyorono juga disebut dan dibuatkan monumen, maka jarum dll akan merasa memiliki, dan mungkin siap menggelontorkan uangnya lebih banyak lagi. Kalau mau maka cobalah lakukan pak Bupati....., mumupung tak terlalu lama akan ada pilkada.

    BalasHapus